dan barang siapa yang mengagungkan syiar-syiar
Allah
maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.”
(QS. Al-Hajj/22: 32)
Akhlak yang mulia
merupakan inti ajaran syariat yang toleran dan kumpulan ajaran agama yang
menjadi tujuan diutusnya Nabi Muhammad Shallallâhu
'Alaihi Wasallam. Karena itu jiwa ini harus dikondisikan dengan
akhlak tersebut sehingga mendapatkan kebahagiaan dan patuh terhadap perintah
Allâh Ta'ala.maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.”
(QS. Al-Hajj/22: 32)
Oleh karena itu Allâh Ta'ala telah menentukan media untuk membersihkan jiwa. Dan Rasulullah telah menjelaskan media tersebut agar dapat sampai ke tujuannya. Penyucian Jiwa sama sekali tidak memiliki cara yang khusus selain ajaran Islam itu sendiri. Hal itu dapat diterangkan lebih jelas lagi dengan 3 kaidah mulia, yaitu:
1.
Meneliti seluruh syariat agama secara menyeluruh.
Ketika kita meneliti
syariat agama secara menyeluruh lalu menghubungkan dengan penyucian jiwa, maka
kita akan menemukan bahwasanya Islam merupakan kumpulan aqidah dan hukum yang
tujuan akhirnya adalah ketakwaan dan akhlak yang mulia.
2.
Mengetahui sifat-sifat muttaqin (orang-orang
bertakwa) yang sempurna dan mukminin (orang-orang beriman) yang ikhlas.
Sifat sempurna bagi
seorang muttaqin
yang ahli dalam ibadah adalah keimanan yang mempunyai daya positif dan dinamis,
persatuan yang tegak berdiri di atas dasar ketakwaan dan ibadah kepada Allâh
Ta'ala, sehingga dapat mencetak satu umat yang berakhlak mulia. Jiwa yang
mukmin mempunyai sifat yang ridha terhadap Islam sebagai agama dan manhaj
kehidupan.
3.
Mengetahui siapakah wali (kekasih Allah) itu?
Wali-wali Allah adalah
orang-orang mukmin yang bertakwa. Makna dari takwa adalah melaksanakan semua
perintah Allâh Ta'ala dan menjauhi larangan-Nya. Dengan takwa seseorang dapat
mencapai akhlak yang mulia. Dengan mengetahui orang-orang mukmin yang menjadi
wali Allâh, kita bias menjadikan orang-orang mukmin tersebut sebagai panutan
dalam berakhlak.
Sesungguhnya
antara akhlak dengan aqidah terdapat hubungan yang sangat kuat sekali. Karena
akhlak yang baik itu sebagai bukti dari keimanan, dan akhlak yang buruk sebagai
bukti atas lemahnya iman, semakin sempurna akhlak seorang muslim berarti
semakin kuat imannya. Rasûlullâh
Shallallâhu 'Alaihi Wasallam bersabda:
“Kaum mukminin yang paling
sempurna imannya adalah yang bagus akhlaknya
dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istri-istrinya.”
(HR.Tirmidzi)
dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istri-istrinya.”
(HR.Tirmidzi)
Sungguh
akhlak yang mulia itu meninggikan derajat seseorang di sisi Allâh Ta'ala,
sebagaimana sabda Rasûlullâh
Shallallâhu 'Alaihi Wasallam :
“Sesungguhnya seseorang mukmin
itu akan mendapatkan derajat orang berpuasa
dan orang yang menegakkan shalat malam dikarenakan kebaikan akhlaknya.”
(HR. Abu Dawud)
dan orang yang menegakkan shalat malam dikarenakan kebaikan akhlaknya.”
(HR. Abu Dawud)
Rasûlullâh
Shallallâhu 'Alaihi Wasallam
adalah orang yang paling baik akhlaknya. Allâh Ta'ala berfirman:
“Dan sesungguhnya engkau
(Rasûlullâh) berbudi pekerti yang agung.”
(QS. Al-Qolam: 4)
(QS. Al-Qolam: 4)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar